Senin, 20 Juni 2016



" Emas & Arang "


 Awalnya, aneh dengan istilah emas dan arang ini, kiasan yang dibuatkan oleh seseorang untukku awalnya. mengibaratkan ku bagai emas yang dipuja dan diinginkan banyak orang, termasuk dia pun menginginkan emas itu, namun apa daya dia tidak pernah bisa mendapatkan hati sang emas. sampai akhirnya dia memutuskan untuk lebih baik bersama arang. perbandingan yang sangat kontras memang, seperti tak ada kaitan atau hubungannya sama sekali.
dia selalu membandingkan emas dan arang, walaupun telah memilih arang. akupun sebagai emas tak habis pikir kenapa dia setega itu melakukan hal tersebut, tidakkah dia memikirkan perasaan sang arang, akupun sebagai emas, perasaanku tersiksa. jika dia sudah menetapkan pilihannya, fokuslah pada pilihanmu itu. abaikan aku yang mengganggu pikiranmu.
sampai akhirnya sang emas menemukan berlian yang sangat indah. dan memutuskan agar dapat bersatu menjadi kesatuan yang sangat indah. namun ditengah jalan, emas pun mengetahui fakta bahhwa berlian memiliki emas nya sendiri, dan si emas bukan lah siapa-siapa. tidak begitu berarti dihidupnya, karena si berlian sebenarnya bukanlah menemukan emas, dia hanya menemukan arang yang tenggelam dalam lumpur yang pekat. dan pada kenyataannya si emas ini memang bukanlah emas, dia hanya arang bahkan arang yang sangat arang. tidak ada bagusnya, namun disatu sisi ia menginginkan berlian yang sudah memiliki emas nya sendiri. akhirnya aku tersadar setiap orang memiliki emas dan arang nya masing-masing. dan aku sebagai emas, emas hanya untuk dia. sedangkan bagi berlian, aku bukanlah apa-apa, hanya arang yang tak berarti yang ditemukannya bersimpah lumpur.

Senin, 31 Maret 2014

Makalah psikologi pendidikan, PERKEMBANGAN INDIVIDU


PERKEMBANGAN INDIVIDU
PROBLEMATIK
               Problem yang tercangkup dalam pembahasan mengenai perkembangan individu sangat luas dan kompleks, namun untuk mempermudahkan persoalan dapat disederhanakan, maka problematik yang menyangkut prkembangan individu dapat dogolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1.      Apakah perkembangan itu?
2.      Faktor – factor apakah yang memungkinkan perkembangan itu?
3.      Bagaimanakah sifat – sifat individu pada masa –masa tertentu dalam peerkembangan tersebut?
Problem yang pertama berusaha mencari jawaban tentang inti atau hakikat perkembangan, problem yang kedua berusaha mencari jawaban mengenai persoalan tentang hal – hal yang mendasari terjadinya perkembangan, sedangkan problem ketiga berusaha membuat pencandraan (description) mengenai khidupan individu (secara psikologis) selama masa perkembangan.

A.     APAKAH PERKEMBANGAN ITU?
Perkembangan adalah suatu perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa perubahan tersebut biasanya disebut proses. Perkembangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1.      Aliran Asosiasi
Para ahli aliran asosiasi berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Salah seorang tokoh aliran asosiasi ini yang terkenal adalah jhon locke. Locke berpendapat bahwa permuaannya jiwa anak adalah bersih selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri.dalam hal ini locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu :
a.      Pngalaman luar, yaitu pemgalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra, yang menimbulkan sensations
b.      Pengalam dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan atau kegiatan batin sendiri, yang menimbulkan reflexions
Kedua macan kesan yaitu sensation dan reflexions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), dengan asosiasi membentuk pengertian yang kompleks (complex ideas).

2.      Psikologi Gestalt
Bagi para ahli yang mengikuti aliran psikilogi Gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konepsi para ahli yang mengikuti aliran asosiasi. Bagi para ahli Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang primer adalah keseluruhan sedangkan bagian – bagian adalah sekunder, bagian – bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian yang lain keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian – bagiannya. Selanjutnya aliran Neo – Gestalt, yang bentuk  nyatanya salah satu adalah aliran psikologi medan (yang dirintis oleh kurt lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi prosses stratifikasi. Struktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan – lapisan (strata), lapisan – lapisan itu makin lama makin bertambah .
           Banyak ahli psikologi mempertentangkan aliran asosiasi dan aliran Gestalt itu sebagai psikologi lama bertentangan dengan psikologi modern. Pada waktu ini konsepsi psikologi Gestalt dan Neo – Gestalt itu diterima oleh sebagian besar para ahli, walaupun dengan variasi yang sedikit berbeda – beda antara satu dengan yangb lain.

3.      Alira Sosiologis
Para ahli mengikuti aliran sosiologi menganggap bahwa perkembangan dalah proses sosiaisasi. Anak manusia mula – mula bersifat a – social yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. Salah seorang ahli yang mempunyai konsepsi demikian itu yang cukup terkenal dan besar pengaruhnya adalah James Mark Baldwin (1864 – 1934). Baidwin adalah seorang ahli dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi dan filsafat. Karya utamanya dalam lapangan psikologi perkembangan adalah Mental Developmen in the Child and the Race (1895).
           Baldwin menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlagsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar hokum efek (law of effect). Juga tingkah laku pribadi diterangkan sebagai imitasi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Baldwin berpendapat bahwa setidak – tidaknya ada dua macam peniru, yaitu:
(a)    Nondeliberate imitation
(b)    Deliberate imitation
Nondeliberate imitation misalnya terjadi jika anak meniru gerak – gerakan, sikap orang dewasa. Deliberate imitation terjadi misalnya jika anak – anak sedang bermain “peranan social” yaitu misalnya menjadi ibu, penjual kacang, menjadi kondektur, menjadi penumpang dan sebagainya
Proses peniruan ini terjadi pada tiga taraf, yaitu:
a.      Taraf yang pertama disebut taraf proyektif (projective stage), pada taraf ini anak mendapat kesan mengenai model (objek) yang ditiru
b.      Taraf kedua disebutnya taraf subjektif (subjective stage), padda taraf ini anak cenderung untuk meniru gerakan – gerakan, atau sikap model atau objeknya.
c.      Taraf ketiga disebutnya taraf eyektif (ejective stage), pada taraf ini anak telah menguasi hal yang ditirunya itu, dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan – angan, berpikir, dan sebagainya.
Banyak ahli – ahli yang berpengaruh oleh pendapat Baldwin tersebut, antara lain stern, bechterev, koffka. Konsepsi tentang proses sosialisasi ini banyak diikuti oleh ahli – ahli didaerah Anglo saksis. Istilah – istilah seperti social adjustment, nature, and socializad personality, maladjusted children, dan sebagainya yang banyak kita jumpai dalam kepustakaan yang berbahasa inggris menunjukan betapa besarnya pengaruh konsepsi.
B.     FAKTOR – FAKTOR APAKAH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ITU?
Banyak pendapat yang bernacam – macam namun dapat disederhanakan menjadi tiga golongan, yaitu:



1.      Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan inividu itu semata – mata ditentukn oleh factor – factor yang dibawa sejak lahir, jsi perkembangan inividu itu semata – mata tergantung kepada dasar. Para ahli yang mengikuti pendirian ini menunjukan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak – anaknya.

2.      Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian emprisme mempunyai pendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata – mata tergantung kepada factor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utam pada aliran ini adalah Jhon Locke.

3.      Konvergensi
Konvergensi ini berpendapat, bahwa didalam perkembangan indivudu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peran penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing – masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan supaya dapat berkembang.
    Langeveld secara fenomoligis mencoba menemukan hal – hal apakah yang memungkinkan perkembangan anak itu menjadi orang dewasa, dan dia menemukan hal – hal yang berikut :
a.    Justru karena anak itu adalah makhluk hidup (makhluk biologis) maka dia berkembang.
b.    Bahwa anak itu masih sangat muda adalah sangat tidak berdaya, dan adalah suatu keniscayaan bahwa dia perlu berkembang menjadi lebih berdaya
c.    Bahwa kecuali kebutuhan – kebutuhan biologis anak memerlukan adanya perasaan aman, karena itu perlu adanya pertologan atau perlindungan dari orang yang mendidik
d.    Bahwa didalam perkembangannya anak tidak pasif menerima pengaruh dari luar semata – mata, melainkan ia juga aktif mencari dan menemukan.
               Jika hal – hal yang dikemukakan diatas itu dapat disebut sebagai asas, maka ada empat asas dalam perkembangan, yaitu :
a.      Asas biologis
b.      Asas ketidakberdayaan
c.      Asas keamanan
d.      Asas eksplorasi
           Kenyataan pertama adalah bahwa anak itu makhluk hidup, maka dia berkambang, kenyataan kedua ialah bahwa pada waktu dilahirkan anak manusia itu adalah jauh sangat tidak berdaya jika misalnya kita bandingkan dengan anak hewan. Kenyataan ketiga adalah karena ketidak berdayaan itu manusia sangat mudah membutuhkan pertolongan. Kurangnya kasih sayang dapat mengganggu perkembangan anak itulah sebabnya anak – anak sukar (problem child), banyak berasal dari keluarga yang retak, misalnya karena perceraian orang tua,adanya orang tua tiri , diasuh oleh orang pengganti dan sebagainya. Dalam rumah tangga demikian it rasa aman yang sangat dibutuhkan oleh anak itu ada atau kurang sekali
           selanjutnya asas eksplorasi dapat dikemukakan hal yang berikut. Secara fenomenologis perkembangan itu dapat sebagai eksplorasiatau penjelajahan anak didalam dunianya. Eksplorasi ini dilakukan oleh sianak dengan berbagai cara , di dalam eksplorasi anak menemukan berbagai hal seperti :
-        Sipat – sipat benda
-        Sifat – sifat manusia lain
-        Sifat – sifatnya sendiri
-        Bahasa
-        Dan sebagainya
Justru didalam eksplorasi itulah anak berkembang. Karena itu eksplorasi adalah hal yang “niscaya”, hal yang harus dilakukan oleh anak sesuai hakikatnya sebagai pribadi yang sedang berkembang kearah kedewasaan. Karena itu rintangan terhadap eksplorasi ini berarti bertentangan dengan kepentingan si anak. Eksplorasi akan berlangsung dengan baik kalau kebutuhan – kebutuhan biologis dan kebutuhan akan rasa aman itu terpenuhi dengan baik, serta mendapat kesempatan.
           Adalah kewajiban para pendidik (terutama orang tua) untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk melkukan eksplorasi.
C.     BAGAIMANAKAH SIFAT-SIFAT ANAK-ANAK PADA MASA-MASA TERTENTU DALAM PERKEMBANGAN TERSBUT?

Anak-anak didik kita selama masa perkembangannya itu mempunyai kehidupan yang tidak statis, melainkan dinamis, dan pendidikan yang diberikan kepada mereka haruslah disesuaikan dengan keadaan kejiwaan anak-anak didik kita pada masa tertentu dalam perkembangan mereka itu.
Untuk lebih memahami perkembangan sifat anak terbut, biasanya orang menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase atau periode-periode tertentu. Pendapat para ahli mengenai periodisasi ini bermacam-macam, namun pendapat yang bermacam-macam itu dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
(1)    Periodisasi-periodisasi yang berdasar biologis
(a)    Pendapat Aristoteles
Perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa, menurut aristoteles dibagi dalam tiga periode yang masing-masing lamanya adalah tujuh tahun.
Fase I       dari 0;0 sampai 7;0 : masa anak kecil, ke masa bermain
Fase II      dari 7;0 sampai 14;0 : masa anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah
Fase III    dari 14;0 sampai 21;0 : masa remaja atau pubertas: masa peralihan dari anak
                 menjadi orang dewasa
(b)    Pendapat Kretschmer
Ada empat fase yang dilewati dari lahir sampai dewasa
Fase I             dari 0;0 sampai kira-kira 3;0 disebut fullungs-periode I; pada masa ini
                       anak kelihatan pendek gemuk
Fase II            dari kira-kira 3;0 sampai kira-kira 7;0 disebut sterckungs periode I; pada
                       masa ini kelihatan langsing
Fase III          dari kira-kira 7;0 sampai kira-kira 13;0 disebut fullungs periode II; pada
                       masa ini anak kembali kelihatan pendek gemuk
Fase IV          dari kira-kira 13;0 sampai kira-kira 20;0 disebut streckungs periode II,
                       pada masa ini anak kembali kelihatan langsing.
Pada periode-periode fullung anak  jiwanya terbuka, mudah bergaul, mudah didekati dan sebagainya. Pada periode-periode streckung anak  jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.
(c)    Pendapat Sigmund Freud
Freud berpendapat bahwa anak sampai umur kira-kira 5;0 melewati fase-fase yang terdiferensiasikan secara dinamis, kemudian sampai umur 12;0 atau 13;0 mengealami fase latent, yaitu suatu fase di mana dinamika menjadi lebih stabil. Dengan datangnya masa remaja (pubertas) dinamika meletus lagi,dan selanjutnya makin tenang kalau orang makin dewasa. Masa sampai umur 20;0 menentukan bagi pembentukan kepribadian seseorang.bagi Freud, tiapfase lahir sampai 5;0 ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu.
(d)    Pendapat Montessori
Montessori mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:
1-     Periode I (o;o-7;0) adalah periode penangkapan (penerimaan) dan pengaturan dunia luar dengan perantaraan alat-indera. Ini adalah rencana motoris dan panca indera yang bersifat keragaan.
2-     Periode II (7;0-12;0) adalah periode rencana abstrak. Pada masa ini anak-anak mulai memperhatikan hal-hal kesusilaan, menilai perbuatan manusia atas dasar baik-buruk-dan karenanya-mulai timbul kata hatinya. Pada masa ini anak-anak sangat membutuhkan pendidikan kesusilaan serta butuh memperoleh pengertian bahwa orang lain pun berhak mendapatkan kebutuhannya.
3-     Periode III (12;0-18;0), adalah periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Dalam masa ini kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya dan harus sadar akan keharusan-keharusan
4-     Periode IV (18; -- ) adalah periode pendidikan tinggi, ini ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi yang harus  belajar mempertahankan diri terhadap tiap godaan ke arah perbuatan-perbuatan yang buruk.
(e)    Pendapat Ch. Buhler
Fase I             (0;0-1;0) yaitu fase gerak laku dunia luar
Fase II            (1;0-4;0) yaitu fase makin luasnya hubungan anaka dengan benda-benda
                       di sekitarnya
Fase III          (4;0-8;0) yaitu fase hubungan pribadi dengan lingkungan sosial, serta
                       kesadaran akan kerja, tugas dan prestasi
Fase IV          (8;0-13;0) yaitu fase  memuncaknya minat ke dunia objektif, dan
                       kesadaran akan akunya sebagai sesuatu yang berbeda dari aku yang lain
Fase V            (13;0-19;0) yaitu fase penemuan diri dan kematangan

(2)    Periodisasi-periodisasi yang berdasar didaktis
Dasar didaktis yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan,yaitu (a) apa yang harus diberikan kepada anak-anak didik pada masa-masa tertentu, (b) bagaimana caranya mengajar/mendidik anak-anak didik pada masa-masa tertentu, dan (c) kedua hal yang telah disebutkan di atas itu bersama-sama.
a.      Pendapat Comenius
1-     Scola Materna (Sekolah Ibu) untuk anak-anak umur 0,0-6,0
2-     Scola Vernacula (Sekolah Bahasa Ibu) untuk anak umur 6,0-12,0
3-     Scola Latina (Sekolah Latin) untuk umur 12,0-18,0
4-     Academia (Akademi) untuk umur 18,0-24,0
b.      Pendapat J.J. Rousseau
1-     I   0;0-2;0 Masa Asuhan
2-     II  2;0-12;0 Masa Pendidikan Jasmani & Latihan Panca Indera
3-     III 12;0-15;0 Periode Pendidikan Akal
4-     15;0-20;0 Periode Pembentukan Watak & Pendidikan Agama


(3)    Periodisasi-periodisasi yang berdasar psikologis
Oswald Kroh berpendapat bahwa apabila orang berbicara tentang psikologi maka yang dipakai sebagai landasan haruslah juga keadaan psikologis anak, bukan keadaan biologis / keadaan lain lagi.
Setiap anak dalam masa perkembangan itu. Bahwa anak selama masa perkembangannya mengalami masa-masa kegoncangan. Oleh Kroh masa kegoncangan ini disebutnya Trotzperiode.
Anak mengealami dua kali Trotzperiode, yaitu:
(a)    Dalam tahun ke-3 kadang-kadang juga pada permulaan tahun keempat, dan
(b)    Pada permulaan masa pubertas; pada anak laki-laki pada tahun ketiga belas
Ada nya 3 fase perkembangan:
(a)    Dari lahir sampai masa Trotz pertama. Yang biasanya disebut masa anak-anak awal
(b)    Dari masa Trotsz pertama sampai masa Trotz kedua yang disebut masa keserasian bersekolah
(c)    Dari masa Trotz kedua sampai akhir remaja. Yang biasanya disebut masa kematangan.

Kohnstamm (1950) mengemukakan penodisasi sebagai berikut:
(a)    Umur 0;0 sampai kira-kira 2;0. Masa vital
(b)    Umur kira-kira 2;0 sampai kira-kira 7;0. Masa estetis
(c)    Umur kira-kira 7;0/13;0/14;0. Masa Intelektual
(d)    Umur kira-kira 13;0/14;0 sampai kira-kira 20;0/21;0. Masa sosial
Disamping periode extra-uterin (periode diluar kandungan) yang telah dikemukakan diatas, para ahli juga menaruh perhatian kepada periode intra-uterin (periode ketika anak masih di dalam kandungan).
1-     Masa Intra-Uterin
Permulaan kehidupan anak didalam kandungan dimulai saat pembuahan, yaitu saat ovum dibuahi oleh spermatozoon
Perkembangan pada masa dalam kandungan ini terutama bersifat pematangan (Maturation).
Pematangan itu untuk sebagian besar adalah berapa diferensiasi, pada taraf yang lebih lanjut kita dapatkan adanya tiga lapisan pada janin itu endoderm, mesoderm &ectoderm.
2-     Masa Vital
a-     Masa ini dimulai dengan kelahiran si anak, hubungan dengan soal kelahiran anak.
(1)    Pertama-tama adalah soal apakah si anak itu lahir/ dilahirkan. Kelihatannya kedua istilah itu sama saja akan tetapi sebenarnya mengandung perbedaan juga. Kalau dikatakan bahwa anak itu lahir, itu berarti bahwa dalam proses kelahiran itu anak aktif. Kalau dikatakan anak itu dilahirkan, itu berarti bahwa dalam proses kelahiran itu anak itu pasif.
(2)    Soal yang kedua adalah kenyataan bahwa anak yang baru lahir itu senantiasa menangis.
(a)    I. Kant seorang ahli filsafat berpendapat bahwa tangis bayi pada waktu lahir itu adalah merupakan protes jiwa manusia terhadap belenggu kejasmanian.
(b)    Beberapa ahli psikoanalisis memberikan pendapat bahwa bayi menangis ketika lahiritu merupakan ekspresi ketakutan dan keinginan akan regresi(kerinduan akan surga)
(c)    Sis Heyster berpendapat bah wa tangis bayi waktu lahir sebagai pertanda muainya adanya kesadaran pada anak.
(d)    Dari segi biologis, tangis merupakan pertanda mulai berfungsinya paru-paru dan karenanya juga organ-organ lain, yang  karenanya juga merupakan pertandanya adanya kehidupan.
(3)    Soal yang ke tiga yang juga banyak dipersoalkan oleh para ahli ialah kenyataan bahwa anak manusia yang baru saja lahir itu sangat tidak berdaya, jauh sangat tidak berdaya kalau dibandingkan dengan anak hewan. Manusia lahir dengan keadaan tidak berdaya namun akhirnya anak manusia itu menjadi sangat berdaya, karena kemungkinannya untuk berkembang yang sangat luas.
b-     Kemajuan-kemajuan pada tahun pertama dan kedua
Penguasaan badan :
0;1 :      mengamati alat permainannya
0;2 :      memutar kepala, dapat meluruskan kepala, walaupun dengan agak susah
              payah
0;3 :      menarik-narik pakaian atau selimut
0;4 :      dapat meluruskan kepala, jika diangkat ke atas pada kedua tangannya
0;5 :      memperhatikan sesuatu sebentar lamanya: mengamati alat permainannya
              yang di pegang
0;6 :      membalik badan dari menelungkup ke letak menelentang
0;7 :      dapat menggerakkan badan ke muka jika mendapat bantuan; dapat
              menegakkan kepala sambil berbaring pada perutnya
0;8 :      dapat duduk beberapa menit
0;9 :      jika berbaring pada punggungnya dia dapat menggulingkan badannya
              sehingga dia berbaring pada perutnya; dapat duduk dengan sedikit bantuan
10;0 :    dapat duduk tanpa bantuan dan mulai merangkang
12;0 :    merangkak dan dapat melangkah jika diberi bantuan
Pergaulannya dengan benda-benda
0;1         : memandang termangu-mangu , kemudian memandang ke pintu atau jendela.
0;2         : jika disentuh, kepalan tangan segera terbuka.
0;3         : dapat sebentar menggenggam sesuatu.
0;4         : dapat memegang alat permainan atau sendok.
0;5         : menggerakkan tangan ke mulutnya; mencoba menjangkau benda-benda yang ada di dekatnya atau didekatkan kepadanya.
0;6         : memalingkan kepala kea rah lonceng yang berbunyi.
0;7         : memindahkan benda; menjangkau benda-benda walaupun tak tercapai olehnya.
0;8         : dapat sekaligus memegang dua buah benda.
0;9         : dapat membunyikan lonceng tangan; merapatkan ibu jari dan telunjuk waktu menjemput sesuatu.
10;0       : bermain, misalnya dengan bola atau balok.
12;0       : dapat membuka kotak; menyelidiki mainan; melemparkan atau menggulingkan bola.
Pergaulannya dengan manusia:
0;1         : tersenyum; memandang orang.
0;3         : menjawab dengan tertawa; mengeluarkan pelbagai bunyi, “mengenal ibu”.
0;4         : menangis tau menunjukkan perasaan tak suka kalau hubungan diputuskan.
0;5         : mengikuti orang yang berjalan hilir mudik.
0;6         : reaksinya terhadap muka yang ramah dan yang marah berlainan.
0;7         : aktif  mencari hubungan, misalnya dengan mengeluarkan berbagai bunyi.
0;8         : bermain sembunyi-sembunyian; dapat mengatakan “mama” atau “papa”.
10;0       : mencoba menarik perhatian orang dewasa.
12;0       : mengerti akan isyarat-isyarat yang sederhana (misalnya melambaikan tangan, menunjuk).

3-     Masa Estetis
Kata estetis disini berarti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya, dan dalam ekplorasinya dia menggunakan pancainderanya pula. Pada masa ini Pancaindera sedang dalam masa pekanya, karena itu pulalah maka Montessori menciptakan bermacam- macam alat permainan yang dimaksudkan untuk melatih pancaindera.
                                            
4-     Masa Intelektual, Masa Keserasian Bersekolah
Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak  lebih mudah dididik daripada
masa sebelumnya dan sesudahnya.
Masa Keserasian Bersekolah dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a)      Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar ( usia 6 – 10 Thn )
Sifat khas pada masa ini yaitu:
(1)    Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
(2)    Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
(3)    Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
(4)    Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
(5)    Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
(6)    Pada masa ini anak menghendaki nilai-nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
b)      Masa kelas- kelas tinggi sekolah dasar ( usia 10 – 13 Thn )
Sifat khas pada masa ini yaitu:
(1)    Adanya perhatian kepada kehidupan praktis  sehari-hari yang konkret, hal ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
(2)    Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
(3)    Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata-mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya factor-faktor  s.
(4)    Sampai kira-kira umur 11 thn anak membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 thn anak menghadapi tugas-tugas dengan bebas dan  berusaha menyelesaikannya sendiri.
(5)    Pada masa ini anak memandang nilai adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.
(6)    Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya, biasanya untuk bermain-main bersama-sama.

Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang disebut masa pueral (Competitive Socialization) yaitu pada mereka dorongan bersaing besar sekali, dan ini disalurkan dalam hubungan dan bersama dengan  teman-teman sebayanya.
a-     Sifat-sifat khas yang pokok pada masa pueral ini terbagi dua yaitu:
a)      Ditujukan untuk berkuasa.
Sikap, tingkah laku dan perbuatan anak puer ditujukan untuk berkuasa, apa yang diinginkan, yang dijadikannya idam-idaman adalah si kuat, si juara, si menang dan sebagainya.
b)      Ekstravers.
Kecuali itu sikap, tingkah laku dan perbuatan anak puer itu berorientasi ke luar, ekstraver, hal ini mendorongnya untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia diluar dirinya dan untuk mencari , teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwanya. Demikianlan anak-anak pada masa ini membentuk kelompok-kelompok sebaya untuk dapat menang, kuat dan sebagainya.
b-     Rasa diri dan penerimaan otoritas (kekuasaan, authority) orang dewasa
Anak puer umum sekali dijuluki si “jual aksi” atau juga si pengecut, dia menyatakan dapat melakukan ini dan itu tetapi tidak berani berbuat begini atau begitu. Anak pada waktu itu merasa rendah diri, yang timbul sebagai akibat karena dia selalu membandingkan diri dengan orang dewasa, karena itulah timbul perasaan kurang mampudengan kekuatannya sendiri lalu mencari kompensasi dengan “jual aksi”.
Gejala yang nampak pada anak puer itu primer adalah karena rasa kuat, rasa dapat penghargaan akan prestasi  yang hebat. Kadang-kadang (jadi:sekunder) memang timbuljuga rasa rendah diri yaitu apabila mereka yang semula karena sangka tiada terbatas.
c-      Sikap anak puer terhadap otoritas (kekuasaan) terbagi menjadi dua, yaitu:
1)      Sikap terhadap otoritas orang tua.
Pada masa ini anak menerima otoritas (kekuasaan)orang tua sebagai hal yang sudah sewajarnya atau semestinya. Anak dapat menerima sikap yang keras(strength) asalkan adil dan dijalankan dengan tegas, keragu-raguan akan dipandang anak sebagai kelemahan.
2)       Sikap terhadap otoritas guru.
Otoritas guru dijelmakan dalam berbagai bentuk seperti:
(a)    Sikap terhadap angka raport. Penyelidikan Hetzer (1933) dan penyelidikan Langeveld (1954) menunjukkan bahwa anak usia 9 – 13 thn menganggap nilai teman-teman dan nilai sendiri sebagai media untuk melihat keadilan guru dan kekuatan dirinya sendiri dalam kelas, diantara teman-temannya.
(b)    Sikap terhadap hadiah dan hukuman. Penelitian Julius Wagner yaitu:
-        Makin tua anak-anak, maka makin sadarlah mereka bahwa tujuan hukuman adalah untuk mempebaiki.i
-        Makin tua anak-anak, maka makin dapat tepatlah mereka mengenal maksud hukuman.
-        Anak-anak perempuan mempunyai kematangan lebih awal daripada laki-laki.
d-     Permainan pada anak puer
Permainan pada masa puer vitalitas anak itu melimpah-limpah dan ini disalurkan antara lain dalam permainan yang banyak mempergunakan tenaga
e-     Bacaan pada anakpuer
Bacaan anak laki pada masa puer sebagai berikut:
a)      Usia 8-9 thn 71% menyukai bacaan dongeng.
b)      Usia 9-10 thn 56% menyukai bacaan dongeng.
c)      Usia 10-11 thn   40% menyukai bacaan dongeng.
d)      Usia 11-12 thn 27% menyukai bacaan dongeng.
e)      Usia 12-13 thn 22% menyukai bacaan sage dan 18% bacaan dongeng.
Bacaan anak perempuan pada masa puer sebagai berikut:
a)      Usia 8-9 thn 84% menyukai bacaan dongeng.
b)      Usia 9-10 thn 80% menyukai bacaan dongeng.
c)      Usia 10-11 thn 62% menyukai bacaan dongeng.
d)      Usia 11-12 thn 45% menyukai bacaan dongeng.
e)      Usia 12-13 thn 36% menyukai bacaan dongeng.

5-     Masa Remaja
Masa ini ialah kematangan kehidupan seksual, menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi yang dewasa.
(a)    Masa Praremaja
Istilah pra remaja dipakai untuk menunjukkan suatu masa yang langsung mengikuti masa puer, yang berlangsung dalam waktu singkat saja. Masa-masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga masa ini seringkali disebut masa atau fase negatif.
(1)    Sifat-sifat negatif pada anak perempuan. H. Hetzer menyelidiki sifat-sifat tersebut sebagai berikut:
a-     Tak tenang
b-     Kurang suka bekerja
c-      Suasana hati tak baik, murung
d-     On-sosial : (1) menarik diri dari masyarakat, (2) agresif terhadap masyarakat
(2)    Sifat-sifat negatif pada anak laki-laki, Hans Hochholzer mengadakan penelitian terhadap 300 orang anak remaja di Wina dengan hasil sebagai berikut:
a-    Kurang suka bergerak
b-    Lekas lelah
c-     Kebutuhan untuk tidur besar
d-    Suasana hati tidak tetap
e-    Pesimistis
Jadi disini kita dapatkan sifat-sifat yang berlawanan dengan masa pueral.kalau padamasa pueral vitalitas melimpah-limpah,maka pada masa negatif ini vitalitas menurun, kalau pada masa pueral anak bersikap ekstravers, maka pada masa negatif ini anak bersikap introvers.
Berapa lamanya masa negatif ini tidak ada kesepakatan pendapat di antara para ahli, tetapi umumnya berpendapat bahwa fase tersebut berlangsung dalam waktu singkat. H.Hetzer dan Ch. Buhler mengatakan bahwa hal itu akan terjadi kalau anak perempuan telah menarchr  dan anak laki-laki telah mengalami pollutio.
Akhir dari masa negatif ditandai oleh :
a-     Kesegaran jasmani
b-     Kegembiraan dalam bekerja
c-      Suasana hati gembira

(b)    Masa Remaja  
1)     Merindu puja (mendewa-dewakan) sebagai gejala remaja
Masa remaja yaitu proses terbentuknya pendirian hidup atau pandangan hidup atau cita-cita ini dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi. Proses tersebut melewati tiga langkah, yaitu:
1-     Karena tiadanya pedoman hidup, si remaja merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas dihargai dan di puja. Pada taraf pertama ini sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu. Bahkan seringkali si remaja sendiri hanya tahu bahwa dia menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diinginkannya itu.
2-     Objek pemujaan itu telah menjadi jelas; yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung sesuatu nilai (jadi personifikasi nilai-nilai). Dalam pemujaan ini terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan; anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan anak perempuan kebanyakan pasif mengagumi dan memuja dalam khayal.
3-     Si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai sebagai hal yang abstrak. Pada saat inilah tiba waktunya si remaja menentukan pilihan atau pendirian hidupnya. 

2)     Tipe- tipe anak remaja
a-     Perbedaan anak laki-laki dan anak perempuan
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1. Aktif dan memberi
2. Cenderung untuk memberikan         perlindungan
3. Aktif meniru pribadi pujaannya
4. Minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak
5. Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
1. Pasif dan menerima
2. Cenderung untuk menerima       perlindungan
3. Pasif, mengagumi pribadi pujaannya
4.  Minat tertuju kepada hal-hal yang       bersifat emosional, konkret.
5. berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain
Sis Heyster menggolong-golongkan ke dalam tipe-tipe tersendiri.
Anak laki-laki digolongkan menjadi:
1-     Pencari kultur
2-     Pencinta alam
3-     Tipe karyawan (penjabat)
4-     Tipe vital
5-     Tipe hedonistik
Anak perempuan digolongkan menjadi :
1-     Tipe keibuan
2-     Tipe erotis
3-     Tipe romantis
4-     Tipe tenang
5-     Tipe intelektual


Lengeveld menggolongkan anak-anak remaja menjadi delapan tipe yang mendasarkan diri kepada tiga komponen, yaitu: terkendalikan atau bebas, konsekuen atau tidak konsekuen, sadar atau tak sadar.
1-     Golongan intelektual : terkendalikan, konsekuen, sadar
2-     Golongan tenang : terkendalikan, konsekuen, tak sadar
3-     Golongan perenung : terkendalikan, tak konsekuen, sadar
4-     Golongan tanpa pedoman : terkendalikan tak konsekuen, tak sadar
5-     Golongan pemuja : tak terkendalikan, konsekuen, tak sadar
6-     Golongan gegabah : tak terkendalikan, konsekuen, tak sadar
7-     Golongan perasa : tak terkendalikan, tak konsekuen, sadar
8-     Golongan peribut : tak terkendalikan, tak konsekuen, tak sadar