PERKEMBANGAN
INDIVIDU
PROBLEMATIK
Problem yang tercangkup dalam
pembahasan mengenai perkembangan individu sangat luas dan kompleks, namun untuk
mempermudahkan persoalan dapat disederhanakan, maka problematik yang menyangkut
prkembangan individu dapat dogolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1.
Apakah perkembangan itu?
2.
Faktor – factor apakah yang
memungkinkan perkembangan itu?
3.
Bagaimanakah sifat – sifat
individu pada masa –masa tertentu dalam peerkembangan tersebut?
Problem yang
pertama berusaha mencari jawaban tentang inti atau hakikat perkembangan,
problem yang kedua berusaha mencari jawaban mengenai persoalan tentang hal –
hal yang mendasari terjadinya perkembangan, sedangkan problem ketiga berusaha
membuat pencandraan (description) mengenai khidupan individu (secara psikologis)
selama masa perkembangan.
A. APAKAH PERKEMBANGAN ITU?
Perkembangan adalah suatu perubahan
kearah yang lebih maju, lebih dewasa perubahan tersebut biasanya disebut
proses. Perkembangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1.
Aliran Asosiasi
Para ahli aliran asosiasi berpendapat bahwa pada hakikatnya
perkembangan itu adalah proses asosiasi. Salah seorang tokoh aliran asosiasi
ini yang terkenal adalah jhon locke. Locke berpendapat bahwa permuaannya jiwa
anak adalah bersih selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit
terisi oleh pengalaman atau empiri.dalam hal ini locke membedakan adanya dua
macam pengalaman, yaitu :
a.
Pngalaman luar, yaitu
pemgalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra, yang menimbulkan
sensations
b.
Pengalam dalam, yaitu
pengalaman mengenai keadaan atau kegiatan batin sendiri, yang menimbulkan
reflexions
Kedua macan kesan yaitu sensation dan reflexions merupakan
pengertian yang sederhana (simple ideas), dengan asosiasi membentuk pengertian
yang kompleks (complex ideas).
2.
Psikologi Gestalt
Bagi para ahli yang mengikuti aliran psikilogi Gestalt mengemukakan
konsepsi yang berlawanan dengan konepsi para ahli yang mengikuti aliran
asosiasi. Bagi para ahli Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi.
Dalam proses diferensiasi yang primer adalah keseluruhan sedangkan bagian –
bagian adalah sekunder, bagian – bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian
daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian yang lain
keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian – bagiannya. Selanjutnya
aliran Neo – Gestalt, yang bentuk
nyatanya salah satu adalah aliran psikologi medan (yang dirintis oleh
kurt lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi prosses
stratifikasi. Struktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan –
lapisan (strata), lapisan – lapisan itu makin lama makin bertambah .
Banyak ahli
psikologi mempertentangkan aliran asosiasi dan aliran Gestalt itu sebagai
psikologi lama bertentangan dengan psikologi modern. Pada waktu ini konsepsi
psikologi Gestalt dan Neo – Gestalt itu diterima oleh sebagian besar para ahli,
walaupun dengan variasi yang sedikit berbeda – beda antara satu dengan yangb
lain.
3.
Alira Sosiologis
Para ahli mengikuti aliran sosiologi menganggap bahwa perkembangan
dalah proses sosiaisasi. Anak manusia mula – mula bersifat a – social yang
kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. Salah
seorang ahli yang mempunyai konsepsi demikian itu yang cukup terkenal dan besar
pengaruhnya adalah James Mark Baldwin (1864 – 1934). Baidwin adalah seorang
ahli dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi dan filsafat. Karya utamanya
dalam lapangan psikologi perkembangan adalah Mental Developmen in the Child and
the Race (1895).
Baldwin menerangkan
perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlagsung
dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar
hokum efek (law of effect). Juga tingkah laku pribadi diterangkan sebagai
imitasi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi
adalah peniruan terhadap orang lain. Baldwin berpendapat bahwa setidak –
tidaknya ada dua macam peniru, yaitu:
(a) Nondeliberate imitation
(b)
Deliberate imitation
Nondeliberate imitation misalnya terjadi jika anak meniru gerak –
gerakan, sikap orang dewasa. Deliberate imitation terjadi misalnya jika anak –
anak sedang bermain “peranan social” yaitu misalnya menjadi ibu, penjual
kacang, menjadi kondektur, menjadi penumpang dan sebagainya
Proses peniruan ini terjadi pada tiga taraf, yaitu:
a. Taraf yang pertama disebut taraf proyektif (projective stage), pada
taraf ini anak mendapat kesan mengenai model (objek) yang ditiru
b. Taraf kedua disebutnya taraf subjektif (subjective stage), padda
taraf ini anak cenderung untuk meniru gerakan – gerakan, atau sikap model atau
objeknya.
c.
Taraf ketiga disebutnya taraf
eyektif (ejective stage), pada taraf ini anak telah menguasi hal yang ditirunya
itu, dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan – angan, berpikir, dan
sebagainya.
Banyak ahli – ahli yang berpengaruh oleh pendapat Baldwin tersebut,
antara lain stern, bechterev, koffka. Konsepsi tentang proses sosialisasi ini
banyak diikuti oleh ahli – ahli didaerah Anglo saksis. Istilah – istilah
seperti social adjustment, nature, and socializad personality, maladjusted
children, dan sebagainya yang banyak kita jumpai dalam kepustakaan yang
berbahasa inggris menunjukan betapa besarnya pengaruh konsepsi.
B. FAKTOR – FAKTOR APAKAH
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ITU?
Banyak pendapat yang bernacam – macam namun dapat disederhanakan
menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Nativisme
Para ahli yang
mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan inividu itu semata –
mata ditentukn oleh factor – factor yang dibawa sejak lahir, jsi perkembangan
inividu itu semata – mata tergantung kepada dasar. Para ahli yang mengikuti
pendirian ini menunjukan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua
dengan anak – anaknya.
2. Empirisme
Para ahli yang
mengikuti pendirian emprisme mempunyai pendapat yang langsung bertentangan dengan
pendapat aliran nativisme. Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu
semata – mata tergantung kepada factor lingkungan, sedangkan dasar tidak
memainkan peranan sama sekali. Tokoh utam pada aliran ini adalah Jhon Locke.
3. Konvergensi
Konvergensi ini
berpendapat, bahwa didalam perkembangan indivudu baik dasar atau pembawaan
maupun lingkungan memainkan peran penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada
pada masing – masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu
menemukan lingkungan supaya dapat berkembang.
Langeveld secara fenomoligis mencoba
menemukan hal – hal apakah yang memungkinkan perkembangan anak itu menjadi
orang dewasa, dan dia menemukan hal – hal yang berikut :
a. Justru karena anak itu
adalah makhluk hidup (makhluk biologis) maka dia berkembang.
b. Bahwa anak itu masih sangat
muda adalah sangat tidak berdaya, dan adalah suatu keniscayaan bahwa dia perlu
berkembang menjadi lebih berdaya
c. Bahwa kecuali kebutuhan –
kebutuhan biologis anak memerlukan adanya perasaan aman, karena itu perlu
adanya pertologan atau perlindungan dari orang yang mendidik
d. Bahwa didalam
perkembangannya anak tidak pasif menerima pengaruh dari luar semata – mata,
melainkan ia juga aktif mencari dan menemukan.
Jika
hal – hal yang dikemukakan diatas itu dapat disebut sebagai asas, maka ada
empat asas dalam perkembangan, yaitu :
a. Asas biologis
b. Asas ketidakberdayaan
c. Asas keamanan
d.
Asas eksplorasi
Kenyataan pertama
adalah bahwa anak itu makhluk hidup, maka dia berkambang, kenyataan kedua ialah
bahwa pada waktu dilahirkan anak manusia itu adalah jauh sangat tidak berdaya
jika misalnya kita bandingkan dengan anak hewan. Kenyataan ketiga adalah karena
ketidak berdayaan itu manusia sangat mudah membutuhkan pertolongan. Kurangnya
kasih sayang dapat mengganggu perkembangan anak itulah sebabnya anak – anak
sukar (problem child), banyak berasal dari keluarga yang retak, misalnya karena
perceraian orang tua,adanya orang tua tiri , diasuh oleh orang pengganti dan
sebagainya. Dalam rumah tangga demikian it rasa aman yang sangat dibutuhkan
oleh anak itu ada atau kurang sekali
selanjutnya asas
eksplorasi dapat dikemukakan hal yang berikut. Secara fenomenologis
perkembangan itu dapat sebagai eksplorasiatau penjelajahan anak didalam
dunianya. Eksplorasi ini dilakukan oleh sianak dengan berbagai cara , di dalam
eksplorasi anak menemukan berbagai hal seperti :
-
Sipat – sipat benda
-
Sifat – sifat manusia lain
-
Sifat – sifatnya sendiri
-
Bahasa
-
Dan sebagainya
Justru didalam eksplorasi itulah anak berkembang. Karena itu eksplorasi
adalah hal yang “niscaya”, hal yang harus dilakukan oleh anak sesuai hakikatnya
sebagai pribadi yang sedang berkembang kearah kedewasaan. Karena itu rintangan
terhadap eksplorasi ini berarti bertentangan dengan kepentingan si anak.
Eksplorasi akan berlangsung dengan baik kalau kebutuhan – kebutuhan biologis
dan kebutuhan akan rasa aman itu terpenuhi dengan baik, serta mendapat
kesempatan.
Adalah kewajiban
para pendidik (terutama orang tua) untuk memberikan kesempatan kepada anak
untuk melkukan eksplorasi.
C. BAGAIMANAKAH
SIFAT-SIFAT ANAK-ANAK PADA MASA-MASA TERTENTU DALAM PERKEMBANGAN TERSBUT?
Anak-anak didik kita selama masa perkembangannya
itu mempunyai kehidupan yang tidak statis, melainkan dinamis, dan pendidikan
yang diberikan kepada mereka haruslah disesuaikan dengan keadaan kejiwaan
anak-anak didik kita pada masa tertentu dalam perkembangan mereka itu.
Untuk lebih memahami perkembangan sifat anak
terbut, biasanya orang menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase atau
periode-periode tertentu. Pendapat para ahli mengenai periodisasi ini
bermacam-macam, namun pendapat yang bermacam-macam itu dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Periodisasi-periodisasi yang berdasar biologis
(a) Pendapat Aristoteles
Perkembangan
anak sejak lahir sampai dewasa, menurut aristoteles dibagi dalam tiga periode
yang masing-masing lamanya adalah tujuh tahun.
Fase I dari 0;0 sampai 7;0 :
masa anak kecil, ke masa bermain
Fase II dari 7;0 sampai 14;0 :
masa anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah
Fase III dari
14;0 sampai 21;0 : masa remaja atau pubertas: masa peralihan dari anak
menjadi
orang dewasa
(b) Pendapat Kretschmer
Ada
empat fase yang dilewati dari lahir sampai dewasa
Fase I dari 0;0 sampai
kira-kira 3;0 disebut fullungs-periode I; pada masa ini
anak kelihatan
pendek gemuk
Fase II dari kira-kira 3;0
sampai kira-kira 7;0 disebut sterckungs periode I; pada
masa ini
kelihatan langsing
Fase III dari kira-kira 7;0
sampai kira-kira 13;0 disebut fullungs periode II; pada
masa
ini anak kembali kelihatan pendek gemuk
Fase IV dari kira-kira 13;0
sampai kira-kira 20;0 disebut streckungs periode II,
pada masa ini
anak kembali kelihatan langsing.
Pada periode-periode fullung anak
jiwanya terbuka, mudah bergaul, mudah didekati dan sebagainya. Pada
periode-periode streckung anak jiwanya
tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.
(c)
Pendapat
Sigmund Freud
Freud berpendapat bahwa anak sampai umur kira-kira 5;0 melewati fase-fase
yang terdiferensiasikan secara dinamis, kemudian sampai umur 12;0 atau 13;0
mengealami fase latent, yaitu suatu fase di mana dinamika menjadi lebih stabil.
Dengan datangnya masa remaja (pubertas) dinamika meletus lagi,dan selanjutnya
makin tenang kalau orang makin dewasa. Masa sampai umur 20;0 menentukan bagi
pembentukan kepribadian seseorang.bagi Freud, tiapfase lahir sampai 5;0
ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu.
(d)
Pendapat Montessori
Montessori mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:
1-
Periode I
(o;o-7;0) adalah periode penangkapan (penerimaan) dan pengaturan dunia luar
dengan perantaraan alat-indera. Ini adalah rencana motoris dan panca indera
yang bersifat keragaan.
2-
Periode II
(7;0-12;0) adalah periode rencana abstrak. Pada masa ini anak-anak mulai
memperhatikan hal-hal kesusilaan, menilai perbuatan manusia atas dasar
baik-buruk-dan karenanya-mulai timbul kata hatinya. Pada masa ini anak-anak
sangat membutuhkan pendidikan kesusilaan serta butuh memperoleh pengertian
bahwa orang lain pun berhak mendapatkan kebutuhannya.
3-
Periode III
(12;0-18;0), adalah periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Dalam masa
ini kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya dan harus sadar akan
keharusan-keharusan
4-
Periode IV
(18; -- ) adalah periode pendidikan tinggi, ini ditujukan kepada
mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi yang harus
belajar mempertahankan diri terhadap tiap godaan ke arah
perbuatan-perbuatan yang buruk.
(e)
Pendapat Ch.
Buhler
Fase I (0;0-1;0) yaitu
fase gerak laku dunia luar
Fase II (1;0-4;0) yaitu
fase makin luasnya hubungan anaka dengan benda-benda
di sekitarnya
Fase III (4;0-8;0) yaitu fase
hubungan pribadi dengan lingkungan sosial, serta
kesadaran akan
kerja, tugas dan prestasi
Fase IV (8;0-13;0) yaitu
fase memuncaknya minat ke dunia
objektif, dan
kesadaran akan
akunya sebagai sesuatu yang berbeda dari aku yang lain
Fase V (13;0-19;0) yaitu
fase penemuan diri dan kematangan
(2) Periodisasi-periodisasi yang berdasar didaktis
Dasar
didaktis yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan,yaitu (a)
apa yang harus diberikan kepada anak-anak didik pada masa-masa tertentu, (b)
bagaimana caranya mengajar/mendidik anak-anak didik pada masa-masa tertentu,
dan (c) kedua hal yang telah disebutkan di atas itu bersama-sama.
a.
Pendapat
Comenius
1-
Scola Materna
(Sekolah Ibu) untuk anak-anak umur 0,0-6,0
2-
Scola
Vernacula (Sekolah Bahasa Ibu) untuk anak umur 6,0-12,0
3-
Scola Latina
(Sekolah Latin) untuk umur 12,0-18,0
4-
Academia
(Akademi) untuk umur 18,0-24,0
b.
Pendapat J.J.
Rousseau
1-
I 0;0-2;0 Masa Asuhan
2-
II 2;0-12;0 Masa Pendidikan Jasmani &
Latihan Panca Indera
3-
III 12;0-15;0
Periode Pendidikan Akal
4-
15;0-20;0
Periode Pembentukan Watak & Pendidikan Agama
(3) Periodisasi-periodisasi yang berdasar psikologis
Oswald Kroh
berpendapat bahwa apabila orang berbicara tentang psikologi maka yang dipakai
sebagai landasan haruslah juga keadaan psikologis anak, bukan keadaan biologis
/ keadaan lain lagi.
Setiap anak dalam
masa perkembangan itu. Bahwa anak selama masa perkembangannya mengalami
masa-masa kegoncangan. Oleh Kroh masa kegoncangan ini disebutnya Trotzperiode.
Anak mengealami dua
kali Trotzperiode, yaitu:
(a)
Dalam tahun
ke-3 kadang-kadang juga pada permulaan tahun keempat, dan
(b)
Pada
permulaan masa pubertas; pada anak laki-laki pada tahun ketiga belas
Ada nya 3 fase perkembangan:
(a)
Dari lahir
sampai masa Trotz pertama. Yang biasanya disebut masa anak-anak awal
(b)
Dari masa
Trotsz pertama sampai masa Trotz kedua yang disebut masa keserasian bersekolah
(c)
Dari masa
Trotz kedua sampai akhir remaja. Yang biasanya disebut masa kematangan.
Kohnstamm (1950) mengemukakan penodisasi sebagai
berikut:
(a)
Umur 0;0
sampai kira-kira 2;0. Masa vital
(b)
Umur
kira-kira 2;0 sampai kira-kira 7;0. Masa estetis
(c)
Umur
kira-kira 7;0/13;0/14;0. Masa Intelektual
(d)
Umur
kira-kira 13;0/14;0 sampai kira-kira 20;0/21;0. Masa sosial
Disamping periode extra-uterin (periode diluar
kandungan) yang telah dikemukakan diatas, para ahli juga menaruh perhatian
kepada periode intra-uterin (periode ketika anak masih di dalam kandungan).
1-
Masa
Intra-Uterin
Permulaan kehidupan
anak didalam kandungan dimulai saat pembuahan, yaitu saat ovum dibuahi oleh
spermatozoon
Perkembangan pada
masa dalam kandungan ini terutama bersifat pematangan (Maturation).
Pematangan itu
untuk sebagian besar adalah berapa diferensiasi, pada taraf yang lebih lanjut
kita dapatkan adanya tiga lapisan pada janin itu endoderm, mesoderm
&ectoderm.
2-
Masa Vital
a-
Masa ini
dimulai dengan kelahiran si anak, hubungan dengan soal kelahiran anak.
(1)
Pertama-tama
adalah soal apakah si anak itu lahir/ dilahirkan. Kelihatannya kedua istilah
itu sama saja akan tetapi sebenarnya mengandung perbedaan juga. Kalau dikatakan
bahwa anak itu lahir, itu berarti bahwa dalam proses kelahiran itu anak aktif.
Kalau dikatakan anak itu dilahirkan, itu berarti bahwa dalam proses kelahiran
itu anak itu pasif.
(2)
Soal yang
kedua adalah kenyataan bahwa anak yang baru lahir itu senantiasa menangis.
(a)
I. Kant
seorang ahli filsafat berpendapat bahwa tangis bayi pada waktu lahir itu adalah
merupakan protes jiwa manusia terhadap belenggu kejasmanian.
(b)
Beberapa ahli
psikoanalisis memberikan pendapat bahwa bayi menangis ketika lahiritu merupakan
ekspresi ketakutan dan keinginan akan regresi(kerinduan akan surga)
(c)
Sis Heyster
berpendapat bah wa tangis bayi waktu lahir sebagai pertanda muainya adanya
kesadaran pada anak.
(d)
Dari segi
biologis, tangis merupakan pertanda mulai berfungsinya paru-paru dan karenanya
juga organ-organ lain, yang karenanya
juga merupakan pertandanya adanya kehidupan.
(3)
Soal yang ke
tiga yang juga banyak dipersoalkan oleh para ahli ialah kenyataan bahwa anak
manusia yang baru saja lahir itu sangat tidak berdaya, jauh sangat tidak
berdaya kalau dibandingkan dengan anak hewan. Manusia lahir dengan keadaan
tidak berdaya namun akhirnya anak manusia itu menjadi sangat berdaya, karena
kemungkinannya untuk berkembang yang sangat luas.
b-
Kemajuan-kemajuan
pada tahun pertama dan kedua
Penguasaan badan :
0;1 : mengamati alat permainannya
0;2 : memutar kepala, dapat
meluruskan kepala, walaupun dengan agak susah
payah
0;3 : menarik-narik pakaian atau
selimut
0;4 : dapat meluruskan kepala,
jika diangkat ke atas pada kedua tangannya
0;5 : memperhatikan sesuatu
sebentar lamanya: mengamati alat permainannya
yang di pegang
0;6 : membalik badan dari
menelungkup ke letak menelentang
0;7 : dapat menggerakkan badan ke
muka jika mendapat bantuan; dapat
menegakkan kepala sambil
berbaring pada perutnya
0;8 : dapat duduk beberapa menit
0;9 : jika berbaring pada
punggungnya dia dapat menggulingkan badannya
sehingga dia berbaring
pada perutnya; dapat duduk dengan sedikit bantuan
10;0 : dapat duduk tanpa bantuan
dan mulai merangkang
12;0
: merangkak dan dapat melangkah jika
diberi bantuan
Pergaulannya dengan
benda-benda
0;1 : memandang termangu-mangu , kemudian
memandang ke pintu atau jendela.
0;2 : jika disentuh, kepalan tangan segera
terbuka.
0;3 : dapat sebentar menggenggam sesuatu.
0;4 : dapat memegang alat permainan atau
sendok.
0;5 : menggerakkan
tangan ke mulutnya; mencoba menjangkau benda-benda yang ada di dekatnya atau
didekatkan kepadanya.
0;6 : memalingkan
kepala kea rah lonceng yang berbunyi.
0;7 : memindahkan
benda; menjangkau benda-benda walaupun tak tercapai olehnya.
0;8 : dapat sekaligus
memegang dua buah benda.
0;9 : dapat membunyikan
lonceng tangan; merapatkan ibu jari dan telunjuk waktu menjemput sesuatu.
10;0 : bermain, misalnya
dengan bola atau balok.
12;0 : dapat membuka
kotak; menyelidiki mainan; melemparkan atau menggulingkan bola.
Pergaulannya dengan manusia:
0;1 : tersenyum;
memandang orang.
0;3 : menjawab dengan
tertawa; mengeluarkan pelbagai bunyi, “mengenal ibu”.
0;4 : menangis tau
menunjukkan perasaan tak suka kalau hubungan diputuskan.
0;5 : mengikuti orang
yang berjalan hilir mudik.
0;6 : reaksinya terhadap
muka yang ramah dan yang marah berlainan.
0;7 : aktif mencari hubungan, misalnya dengan
mengeluarkan berbagai bunyi.
0;8 : bermain
sembunyi-sembunyian; dapat mengatakan “mama” atau “papa”.
10;0 : mencoba menarik
perhatian orang dewasa.
12;0 : mengerti akan
isyarat-isyarat yang sederhana (misalnya melambaikan tangan, menunjuk).
3-
Masa Estetis
Kata
estetis disini berarti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi pancainderanya, dan dalam ekplorasinya dia menggunakan
pancainderanya pula. Pada masa ini Pancaindera sedang dalam masa pekanya, karena itu
pulalah maka Montessori menciptakan bermacam- macam alat permainan yang dimaksudkan untuk
melatih pancaindera.
4-
Masa Intelektual, Masa
Keserasian Bersekolah
Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada
masa sebelumnya dan sesudahnya.
Masa Keserasian Bersekolah dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a)
Masa kelas-kelas rendah sekolah
dasar ( usia 6 – 10 Thn )
Sifat khas pada masa ini yaitu:
(1)
Adanya korelasi yang tinggi
antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
(2)
Sikap tunduk kepada
peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
(3)
Ada kecenderungan memuji diri
sendiri.
(4)
Suka membanding-bandingkan
dirinya dengan anak lain.
(5)
Kalau tidak dapat menyelesaikan
sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
(6)
Pada masa ini anak menghendaki
nilai-nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi
nilai baik atau tidak.
b)
Masa kelas- kelas tinggi
sekolah dasar ( usia 10 – 13 Thn )
Sifat khas pada masa ini yaitu:
(1)
Adanya perhatian kepada
kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang
praktis.
(2)
Amat realistik, ingin tahu,
ingin belajar.
(3)
Menjelang akhir masa ini telah
ada minat kepada hal-hal dan mata-mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli
yang mengikuti teori factor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
factor-faktor s.
(4)
Sampai kira-kira umur 11 thn
anak membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 thn anak
menghadapi tugas-tugas dengan bebas dan
berusaha menyelesaikannya sendiri.
(5)
Pada masa ini anak memandang
nilai adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.
(6)
Anak-anak pada usia ini gemar
membentuk kelompok-kelompok sebaya, biasanya untuk bermain-main bersama-sama.
Masa
keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang disebut masa pueral
(Competitive Socialization) yaitu pada mereka dorongan bersaing besar sekali,
dan ini disalurkan dalam hubungan dan bersama dengan teman-teman sebayanya.
a-
Sifat-sifat khas yang pokok
pada masa pueral ini terbagi dua yaitu:
a)
Ditujukan untuk berkuasa.
Sikap, tingkah laku dan perbuatan anak
puer ditujukan untuk berkuasa, apa yang diinginkan, yang dijadikannya
idam-idaman adalah si kuat, si juara, si menang dan sebagainya.
b)
Ekstravers.
Kecuali itu sikap, tingkah laku dan
perbuatan anak puer itu berorientasi ke luar, ekstraver, hal ini mendorongnya
untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia diluar dirinya dan untuk mencari ,
teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwanya. Demikianlan anak-anak
pada masa ini membentuk kelompok-kelompok sebaya untuk dapat menang, kuat dan
sebagainya.
b-
Rasa diri dan
penerimaan otoritas (kekuasaan, authority) orang dewasa
Anak puer umum sekali
dijuluki si “jual aksi” atau juga si pengecut, dia menyatakan dapat melakukan
ini dan itu tetapi tidak berani berbuat begini atau begitu. Anak pada waktu itu
merasa rendah diri, yang timbul sebagai akibat karena dia selalu membandingkan
diri dengan orang dewasa, karena itulah timbul perasaan kurang mampudengan
kekuatannya sendiri lalu mencari kompensasi dengan “jual aksi”.
Gejala yang nampak pada
anak puer itu primer adalah karena rasa kuat, rasa dapat penghargaan akan
prestasi yang hebat. Kadang-kadang
(jadi:sekunder) memang timbuljuga rasa rendah diri yaitu apabila mereka yang
semula karena sangka tiada terbatas.
c-
Sikap anak puer terhadap
otoritas (kekuasaan) terbagi menjadi dua, yaitu:
1)
Sikap terhadap otoritas orang
tua.
Pada masa ini anak menerima otoritas
(kekuasaan)orang tua sebagai hal yang sudah sewajarnya atau semestinya. Anak
dapat menerima sikap yang keras(strength) asalkan adil dan dijalankan dengan
tegas, keragu-raguan akan dipandang anak sebagai kelemahan.
2)
Sikap terhadap otoritas guru.
Otoritas guru dijelmakan dalam berbagai
bentuk seperti:
(a)
Sikap terhadap angka raport.
Penyelidikan Hetzer (1933) dan penyelidikan Langeveld (1954) menunjukkan bahwa
anak usia 9 – 13 thn menganggap nilai teman-teman dan nilai sendiri sebagai
media untuk melihat keadilan guru dan kekuatan dirinya sendiri dalam kelas,
diantara teman-temannya.
(b)
Sikap terhadap hadiah dan
hukuman. Penelitian Julius Wagner yaitu:
-
Makin tua anak-anak, maka makin
sadarlah mereka bahwa tujuan hukuman adalah untuk mempebaiki.i
-
Makin tua anak-anak, maka makin
dapat tepatlah mereka mengenal maksud hukuman.
-
Anak-anak perempuan mempunyai
kematangan lebih awal daripada laki-laki.
d-
Permainan
pada anak puer
Permainan pada masa puer vitalitas anak
itu melimpah-limpah dan ini disalurkan antara lain dalam permainan yang banyak
mempergunakan tenaga
e-
Bacaan pada
anakpuer
Bacaan anak laki pada masa puer sebagai berikut:
a)
Usia 8-9 thn 71% menyukai
bacaan dongeng.
b)
Usia 9-10 thn 56% menyukai
bacaan dongeng.
c)
Usia 10-11 thn 40% menyukai bacaan dongeng.
d)
Usia 11-12 thn 27% menyukai
bacaan dongeng.
e)
Usia 12-13 thn 22% menyukai
bacaan sage dan 18% bacaan dongeng.
Bacaan anak
perempuan pada masa puer sebagai berikut:
a)
Usia 8-9 thn 84% menyukai
bacaan dongeng.
b)
Usia 9-10 thn 80% menyukai
bacaan dongeng.
c)
Usia 10-11 thn 62% menyukai
bacaan dongeng.
d)
Usia 11-12 thn 45% menyukai
bacaan dongeng.
e)
Usia 12-13 thn 36% menyukai
bacaan dongeng.
5-
Masa
Remaja
Masa ini ialah kematangan kehidupan seksual, menemukan dirinya sendiri, meneliti
sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi yang dewasa.
(a)
Masa
Praremaja
Istilah pra remaja dipakai untuk menunjukkan suatu masa yang langsung
mengikuti masa puer, yang berlangsung dalam waktu singkat saja. Masa-masa ini
ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga masa ini seringkali disebut masa
atau fase negatif.
(1)
Sifat-sifat
negatif pada anak perempuan. H. Hetzer menyelidiki sifat-sifat tersebut sebagai
berikut:
a-
Tak tenang
b-
Kurang suka
bekerja
c-
Suasana hati
tak baik, murung
d-
On-sosial :
(1) menarik diri dari masyarakat, (2) agresif terhadap masyarakat
(2)
Sifat-sifat
negatif pada anak laki-laki, Hans Hochholzer mengadakan penelitian terhadap 300
orang anak remaja di Wina dengan hasil sebagai berikut:
a-
Kurang suka
bergerak
b-
Lekas lelah
c-
Kebutuhan
untuk tidur besar
d-
Suasana hati
tidak tetap
e-
Pesimistis
Jadi disini kita dapatkan sifat-sifat yang
berlawanan dengan masa pueral.kalau padamasa pueral vitalitas
melimpah-limpah,maka pada masa negatif ini vitalitas menurun, kalau pada masa
pueral anak bersikap ekstravers, maka pada masa negatif ini anak bersikap
introvers.
Berapa lamanya masa negatif ini tidak ada
kesepakatan pendapat di antara para ahli, tetapi umumnya berpendapat bahwa fase
tersebut berlangsung dalam waktu singkat. H.Hetzer dan Ch. Buhler mengatakan
bahwa hal itu akan terjadi kalau anak perempuan telah menarchr dan anak laki-laki
telah mengalami pollutio.
Akhir dari masa negatif ditandai oleh :
a-
Kesegaran
jasmani
b-
Kegembiraan
dalam bekerja
c-
Suasana hati
gembira
(b)
Masa Remaja
1) Merindu
puja (mendewa-dewakan) sebagai gejala remaja
Masa remaja yaitu
proses terbentuknya pendirian hidup atau pandangan hidup atau cita-cita ini
dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi. Proses
tersebut melewati tiga langkah, yaitu:
1-
Karena
tiadanya pedoman hidup, si remaja merindukan sesuatu yang dapat dianggap
bernilai, pantas dihargai dan di puja. Pada taraf pertama ini sesuatu yang
dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu. Bahkan seringkali si remaja sendiri
hanya tahu bahwa dia menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang
diinginkannya itu.
2-
Objek
pemujaan itu telah menjadi jelas; yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya
mendukung sesuatu nilai (jadi personifikasi nilai-nilai). Dalam pemujaan ini
terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan; anak laki-laki
sering aktif meniru, sedangkan anak perempuan kebanyakan pasif mengagumi dan
memuja dalam khayal.
3-
Si remaja
telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai sebagai hal
yang abstrak. Pada saat inilah tiba waktunya si remaja menentukan pilihan atau
pendirian hidupnya.
2) Tipe- tipe anak remaja
a-
Perbedaan
anak laki-laki dan anak perempuan
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
1. Aktif dan
memberi
2. Cenderung
untuk memberikan perlindungan
3. Aktif
meniru pribadi pujaannya
4. Minat
tertuju kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak
5. Berusaha
memutuskan sendiri dan ikut bicara
|
1. Pasif dan menerima
2. Cenderung untuk menerima perlindungan
3. Pasif, mengagumi pribadi pujaannya
4. Minat
tertuju kepada hal-hal yang bersifat
emosional, konkret.
5. berusaha mengikuti dan menyenangkan orang
lain
|
Sis Heyster
menggolong-golongkan ke dalam tipe-tipe tersendiri.
Anak laki-laki
digolongkan menjadi:
1-
Pencari
kultur
2-
Pencinta alam
3-
Tipe karyawan
(penjabat)
4-
Tipe vital
5-
Tipe
hedonistik
Anak perempuan digolongkan menjadi :
1-
Tipe keibuan
2-
Tipe erotis
3-
Tipe romantis
4-
Tipe tenang
5-
Tipe
intelektual
Lengeveld menggolongkan anak-anak remaja menjadi
delapan tipe yang mendasarkan diri kepada tiga komponen, yaitu: terkendalikan
atau bebas, konsekuen atau tidak konsekuen, sadar atau tak sadar.
1-
Golongan
intelektual : terkendalikan, konsekuen, sadar
2-
Golongan
tenang : terkendalikan, konsekuen, tak sadar
3-
Golongan
perenung : terkendalikan, tak konsekuen, sadar
4-
Golongan
tanpa pedoman : terkendalikan tak konsekuen, tak sadar
5-
Golongan
pemuja : tak terkendalikan, konsekuen, tak sadar
6-
Golongan
gegabah : tak terkendalikan, konsekuen, tak sadar
7-
Golongan
perasa : tak terkendalikan, tak konsekuen, sadar
8-
Golongan
peribut : tak terkendalikan, tak konsekuen, tak sadar